Tokyo, 23-24 Januari 2012
Untuk yang ke-sekian kalinya saya mendapat kesempatan mengunjungi Tokyo. Kali ini, kunjungan kami sangat singkat. Seharusnya kami bisa mengunjungi Tokyo sekitar 3-4 hari, termasuk mungkin satu hari ekstra untuk santai menenteng kamera. Tapi, karena saya harus mengejar jadual yang sudah ditetapkan untuk acara lain di Bandung, saya hanya bisa mengunjungi Tokyo selama dua hari dua malam dengan agenda yang sangat padat. Kami terbang menggunakan Garuda Indonesia Minggu (22, Januari 2012) menjelang tengah malam dari Bandara Soekarno Hatta, dan tiba di Tokyo Senin pagi. Saya harus pulang kembali Rabu pagi untuk mengejar jadual lain hari Kamis pagi di Bandung. Seseorang menjemput kami di Bandara Narita dan kami langsung menujuTokyo. Jam 10-an pagi kami tiba di Hotel dan rangkaian acara dimulai sampai Selasa malam. Saya tidak akan bercerita tentang agenda pertemuan dan apa yang dibicarakannya, hanya akan berbagi cerita sedikit tentang “menikmati salju di Tokyo”.
Saya sadar bahwa Januari termasuk daerah puncak udara dingin untuk negara 4 musim seperti Jepang. Oleh karena itu, beberapa hari sebelum berangkat, saya coba menanyakan kondisi cuaca ke kerabat yang tinggal di Tokyo. Jawabannya kurang lebih begini: “Tokyo memang sedang dingin, tapi tidak sangat dingin (1-10 derajat) dan tidak ada salju. Mungkin salju akan turun terlambat, sekitar pertengahan Februari”. Berdasarkan informasi tersebut saya siapkan pakaian dingin ala kadarnya. Saya tidak membawa sarung tangan serta penutup kepala (baca: kupluk), dan hanya membawa jacket biasa + baju hangat. Memang, berdasarkan banyak informasi dan historinya, musim dingin di Tokyo termasuk jarang bersalju walaupun di bagian Jepang lainnya sedang bersalju sangat tebal.
Saya sadar bahwa Januari termasuk daerah puncak udara dingin untuk negara 4 musim seperti Jepang. Oleh karena itu, beberapa hari sebelum berangkat, saya coba menanyakan kondisi cuaca ke kerabat yang tinggal di Tokyo. Jawabannya kurang lebih begini: “Tokyo memang sedang dingin, tapi tidak sangat dingin (1-10 derajat) dan tidak ada salju. Mungkin salju akan turun terlambat, sekitar pertengahan Februari”. Berdasarkan informasi tersebut saya siapkan pakaian dingin ala kadarnya. Saya tidak membawa sarung tangan serta penutup kepala (baca: kupluk), dan hanya membawa jacket biasa + baju hangat. Memang, berdasarkan banyak informasi dan historinya, musim dingin di Tokyo termasuk jarang bersalju walaupun di bagian Jepang lainnya sedang bersalju sangat tebal.
Ketika mendarat di Narita, udara dingin sangat terasa, tetapi tidak ekstrim, dan saya masih berpikir udara dingin akan tetap dalam batas yang cukup nyaman untuk dihadapi. Ketika pertemuan Senin malam, di awal pertemuan, rekan kami dari Jepang memberitahukan bahwa menurut ramalan cuaca, malam tersebut akan turun salju. Kami tidak terlalu menghiraukan itu. Kami asyik mengobrol sambil makan malam….. Ketika pertemuan selesai, ternyata…, di luar sana salju sedang turun sangat deras. Untung saja pertemuan kami dilakukan di resotaran di dalam hotel, sehingga tidak ada perjalanan luar yang harus kami tempuh untuk kembali.
Setelah berpamitan dengan tamu, kami segera keluar halaman Hotel. Salah seorang rekan saya yang baru pertama kalinya merasakan salju, tampak sangat terkesan dan menikmati turunnya salju. Saya yang pernah mengalami salju terakhir tahun 2004-2005 (ketika tinggal 4 bulan di Jerman) tetap merasa exiting juga dengan turunnya salju tersebut. Kami mengambil sejumlah foto di halaman belakang Hotel (Tokyo Dome Hotel) tepat ketika salju sedang deras turun. Tangan mulai terasa kaku karena dinginnya udara yang tanpa tanpa pelindung sarung tangan. Kamera juga terasa sangat dingin untuk dipegang. Tidak sampai 10 menit, saya tidak tahan karena tangan dan daun telinga terasa sakit karena dingin, dan segera masuk ke dalam hotel untuk mendapatkan udara yang lebih hangat. Akhirnya, selebihnya saya hanya menikmati turunnya salju dari jendela kamar hotel. Permukaan jalan dan atap-atap bangunan yang tadinya berwarna gelap, perlahan berubah menjadi putih semua. Rekan saya yang baru pertama kalinya mengalami hujan salju masih memenuhi rasa penasarannya untuk turun kembali menikmati salju dan berfoto-foto.
Ketika pagi tiba, hujan salju sudah reda. Langit cerah, matahari pagi bersinar terang. Pemandangan dibawah semua putih bersih karena sebagian besar salju masih utuh belum dibersihkan. Saya segera mandi, berpakaian beberapa rangkap dan turun menuju keluar membawa kamera. Saya mencoba berjalan di sekitar Hotel, menikmati suasana pagi yang bersalju dan mencoba mengabadikan hal-hal menarik yang bisa saya ambil.
Ketika pagi tiba, hujan salju sudah reda. Langit cerah, matahari pagi bersinar terang. Pemandangan dibawah semua putih bersih karena sebagian besar salju masih utuh belum dibersihkan. Saya segera mandi, berpakaian beberapa rangkap dan turun menuju keluar membawa kamera. Saya mencoba berjalan di sekitar Hotel, menikmati suasana pagi yang bersalju dan mencoba mengabadikan hal-hal menarik yang bisa saya ambil.
Aktivitas manusia perlahan mulai meningkat. Tidak sedikit wanita yang terpeleset ketika berjalan terburu-buru di atas salju yang sudah mulai mengeras menjadi es yang licin di atas trotoar dan sebagian jalan. Mungkin karena kejadian tersebut sudah menjadi hal yang biasa, orang-orang di sekitarnya hanya melirik dan tidak ada yang repot-repot berusaha membantu. Sinar matahari yang kuat, menghasilkan suatu pemandangan yang unik yang tidak pernah kita lihat di negara tropis, yaitu bayangan manusia yang sangat jelas di atas salju yang berwarna putih.
Tidak lama kemudian, mulai tampak petugas-petugas yang membersihkan salju di jalan dan di tempat jalan kaki agar semua orang dapat berjalan dengan mudah dan aman.
Ketika kami menuju tempat pertemuan menggunakan taksi, kami melalui taman di sekitar Istana Raja yang indah tertutup salju. Beruntung, situasinya memungkinkan bagi taksi untuk minggir dan berhenti sebentar mengambil beberapa foto indah di taman tersebut.
Di saat-saat berikutnya, termasuk malam kedua (selasa malam) salju tidak turun lagi. Alhamdulillah, kunjungan singkat kami ke Tokyo cukup berkesan dengan turunnya salju yang jarang di Tokyo. Kami jadi punya kenangan foto-foto indah dengan salju di Tokyo.
Judul: Menikmati Turunnya Salju di Tokyo
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh Anonim
by www.berabe.net
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh Anonim
by www.berabe.net