Rekaman CCTV gerombolan geng motor. (tvOne)
Misteri Aksi Geng Motor Mulai Terungkap – Misteri aksi geng motor yang terjadi di Ibukota mulai terungkap. Pangdam Jaya, Mayor Jenderal TNI Waris, mengaku dipanggil Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Cikeas guna membicarakan masalah geng motor itu secara khusus.
“Saya dan Kapolda dipanggil Presiden ke Cikeas,” ujar Mayjen Waris, Kamis 19 April 2012. Selang sehari sesudahnya, Jumat 20 April 2012, secara mengejutkan ia mengakui ada 4 anggota TNI yang ditangkap karena diduga terlibat serangkaian aksi brutal geng motor di Jakarta.
Waris mengatakan, dalam perbincangan dengan Presiden SBY terungkap ada petinggi TNI senior, bahkan lebih senior dari Pangdam Jaya, yang berada di belakang aksi geng motor terakhir yang terjadi di minimarket 7-Eleven, Salemba Raya, Jakarta Pusat, 13 April 2012 dini hari.
“Saya bilang ke Presiden, mohon maaf saya belum mampu memenuhi keinginan senior saya yang ekstrim,” ujar Mayjen Waris. Mendengar hal itu, menurutnya, Presiden bertanya siapa senior yang ia maksud itu. “Saya jawab lantang: si A, atasan yang memimpin aksi geng motor,” kata Mayjen Waris.
Sayangnya ia menolak untuk menjelaskan siapa oknum TNI berinisial A yang ia tuding membekingi aksi geng motor di 7-Eleven. Mayjen Waris hanya menegaskan, sebagai Pangdam Jaya dia merupakan kepanjangan tangan Panglima TNI yang bertanggung jawab penuh menjaga keamanan di wilayahnya.
Selain itu, sebagai Ketua Garnisun Tetap I/Jakarta, dia juga sudah menegaskan kepada semua angkatan TNI untuk tidak berbuat onar dan menggangu keamanan Jakarta. “Sudah saya sampaikan ke angkatannya (angkatan “A”) untuk tidak coba-coba mengacau. Jika ada pemimpin yang mendukung penyerangan geng motor itu, maka dia tidak pantas disebut senior,” ujar Mayjen Waris.
Waris mengaku ucapannya sudah dia pikirkan matang-matang. Dia bahkan siap dicopot dari jabatannya demi kebenaran yang ia sampaikan. “Kalau saya dipecat, saya juga tetap bisa hidup. Saya orang desa, biasa hidup susah,” kata dia.
Polisi Militer sejauh ini telah menangkap 4 anggota TNI dari satuan Artileri Pertahanan Udara (Arhanud) 6 Tanjung Priok atas tuduhan terlibat penyerangan tanggal 13 April 2012. Waris menjelaskan, keempat prajurit TNI itu hanya ikut-ikutan.
Dia pun mengatakan sudah melakukan koordinasi internal terkait kasus tersebut. Semua anggota TNI yang terlibat aksi pengeroyokan sudah dilaporkan ke komandannya masing-masing, dan mereka akan dijatuhi sanksi. “Sanksinya yakni sanksi administrasi berupa penundaan kenaikan pangkat,” ujarnya.
Kepala Penerangan Kodam Jaya, Kolonel Infantri Andrian Ponto, membenarkan ucapan Waris. Menurutnya, motif keempat anggota TNI dari satuan Arhanud yang ditangkap karena terlibat aksi geng motor, lebih karena rasa solidaritas kepada rekan-rekan mereka. "Tapi mereka tidak ikut menyerang," tegasnya dalam konferensi pers di Markas Kodam Jaya, Cililitan, Jakarta Timur, Jumat sore 20 April 2012.
Terkait aksi geng motor itu, kata dia, seluruh intel di Jakarta telah dikumpulkan untuk menyelidiki kemungkinan keterlibatan anggota mereka masing-masing.
Kronologi Aksi
Jumat, 13 April 2012 dini hari, gerombolan bermotor yang berjumlah 200 orang datang dari arah Matraman sambil menenteng senjata tajam. Sejumlah warga bahkan melihat beberapa dari mereka mengacung-acungkan senjata api.
Menurut salah seorang warga bernama Joko yang tinggal di kawasan Jalan Raya Pramuka, gerombolan geng motor itu terdiri dari orang berambut cepak. Mereka datang dan langsung merusak setiap motor yang terparkir di pinggir jalan. Mereka juga memukuli orang yang sedang duduk-duduk di dekat mereka.
Saat itu, sekitar pukul 03.00 dini hari, Nendi Haryanto dan Anggi Darmawan yang sedang bersama teman-teman mereka berkendara motor melintasi Jalan Pramuka. Tiba-tiba belasan orang tak dikenal yang juga menggunakan motor memepet mereka dan langsung memukuli mereka. Para penyerang itu membawa balok kayu dan senjata tajam.
Nendi hanya ingat kebanyakan dari penyerang memakai pakaian serba hitam. Selain dipukuli, Nendi juga kehilangan motor Jupiter MX B 6303 SNI miliknya, juga sejumlah barang seperti helm, ponsel, dan dompet. Ia tak banyak mengingat kejadian itu karena pingsan ketika dipukuli.
Beruntung Nendi selamat. Tidak demikian dengan temannya, Anggi. Ia tewas karena luka tusuk dan pendarahan di beberapa bagian tubuhnya.
Setengah jam sebelum menyerang Nendi dan Anggi, gerombolan motor itu juga melakukan perusakan dan penyerangan kepada pengujung minimarket 7-Eleven di Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat. Kasat Reskrim Jakarta Pusat, Ajun Komisaris Besar Hengki Haryadi, mengatakan, puluhan orang itu masuk ke areal minimarket dan langsung menyerang pengunjung yang sedang duduk di tempat itu.
Sementara itu, seorang karyawan 7-Eleven yang tidak bersedia disebut identitasnya menjelaskan, geng motor itu datang bergerombol dan langsung masuk ke halaman parkir minimarket. Mereka kemudian merusak meja, bangku, serta kaca pintu minimarket.
Pengunjung sontak panik. Ada yang berlari ke jalan dan ada yang masuk ke dalam toko. “Gerombolan itu turun dengan membawa samurai dan balok. Mereka langsung masuk dan mengacak-acak toko,” kata karyawan 7-Eleven itu.
Dalam kejadian itu, Roby (20), warga Paseban Barat, mengalami luka sobek di telapak tangan akibat sabetan senjata tajam. Sementara Ade Pirmanto (30), warga Rawa Selatan, Johar Baru, mengalami luka di bagian kepala kanan. Selain melukai pengunjung, geng motor itu juga merusak dua unit motor. Mereka juga menjarah dua telepon genggam BlackBerry dan Samsung Android.
Kepolisian Daerah Metro Jaya bahkan mendapat laporan, kelompok orang tak dikenal itu sudah mengamuk dan melakukan perusakan di sejumlah kawasan di Jakarta Utara, sejak pukul 01.30 WIB.
Lokasi pertama yang menjadi sasaran adalah sekitar kantor PT DOK Bayu Bahari, Jalan Industri Pelabuhan Tanjung Priok. Mereka melukai ZaenaL Arifin (32), warga Koja, dan Heri Susanto (33), warga Bogor. Mobil Toyota Rush B 72 RM juga ikut dirusak.
Sekitar pukul 01.40 WIB, kelompok ini kemudian melintasi kantor Polsek Tanjung Priok, Jakarta Utara. Sebagian dari mereka kembali bertindak anarkis dengan melempari kantor polisi dengan batu. Hanya berselang lima menit, mereka mengamuk di kawasan Pasar Warakas dan mencederai warga bernama Nachrowi (17).
Sekitar pukul 01.50 WIB, sejumlah orang yang sedang duduk-duduk di depan toko bingkai Jalan Warakas Raya, juga ikut merasakan kebrutalan gerombolan ini. Ramdani (20) mengalami luka akibat dikeroyok. Selanjutnya pada pukul 02.00 WIB, gerombolan ini merusak Pos Volker, dan melukai Tohirman Widodo (25).
Setelah masuk ke kawasan Jakarta Utara, kelompok ini kemudian bergerak ke kawasan Jakarta Pusat, dan menyerang orang di sekitar Jalan Raya Pramuka dan minimarket 7-Eleven, Salemba. Gerombolan motor yang melakukan perusakan di 8 titik di kawasan Jakarta Utara dan Jakarta Pusat tersebut menggunakan tanda pita berwana kuning di lengan baju sebelah kiri mereka.
Balas Dendam?
Polisi menduga kejadian penyerangan itu ada kaitannya dengan kematian anggota TNI Angkatan Laut, Kelasi Satu (KLS) Arifin, oleh anggota geng motor (lainnya) di kawasan Pademangan, Jakarta Utara, pada 31 Maret 2012.
Teman KLS Arifin, yakni KLS Albert Tabra, menjelaskan kasus pengeroyokan Arifin oleh geng motor di kawasan Pademangan, Jakarta Utara, 31 Maret itu. Menurut penjelasan Albert kepada polisi, awalnya Albert dan Arifin berboncengan menggunakan sepeda motor dari tempat kontrakan Arifin di Jalan Garuda, Senen, Jakarta Pusat, menuju tempat tinggal Albert di wilayah Jakarta Utara sekitar pukul 02.30 WIB.
Arifin yang mengemudikan sepeda motor melintasi jalan dan melihat ada kelompok pemuda mengerumuni seorang sopir truk di sekitar lokasi kejadian. “Karena tergerak hatinya, Kelasi Arifin melerai dan menanyakan penyebabnya. Tapi malah ada yang tersinggung, kemudian terjadi cekcok mulut dan akhirnya terjadi perkelahian,” kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Rikwanto.
Dalam perkelahian sekitar pukul 03.30 WIB itu, Arifin sempat mengeluarkan senjata tajam sejenis sangkur untuk membela diri, namun kelompok pemuda itu mengeroyoknya dengan brutal sehingga Arifin tewas.
Ketika Arifin dikeroyok, Kelasi Albert meninggalkan lokasi kejadian. Ia melarikan diri dari lokasi keributan dan dan melaporkan peristiwa pengeroyokan Arifin itu ke markas kesatuan POM AL. Selanjutnya, Albert bersama anggota POM AL melapor ke polsek terdekat, serta menuju lokasi kejadian bersama tiga orang petugas polsek.
Saat itu, Arifin ditemukan dengan luka parah di lokasi kejadian. Setelah sempat menjalani perawatan di RSCM, Arifin akhirnya meninggal dunia.
sumber
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh Anonim
by www.berabe.net